Ha ri ini adalah hari yang begitu cerah. Aku pergi ke sekolah seperti biasanya, di temani sepeda kesayanganku yang di belikan ayah saat aku duduk di kelas 7 dulu. Engga terasa sekarang sudah 3 tahun, aku bersekolah di SMP dan hari ini adalah hari dilangsungkannya acara perpisahanku disekolah tersebut.
Di tengah perjalanan menuju sekolah, aku melihat seorang cewe cantik yang lagi digangguin ama preman kampung dan akhirnya aku memutuskan untuk menolong cewe itu. Dengan sedikit jurus-jurus karate yang aku pelajari di sekolah, aku bisa mengalahkan mereka. Seperti di cerita-cerita novel yang pernah aku baca, seorang pangeran yang datang menyelamatkan seorang putri raja.
“kamu engga apa-apakan? Kata ku ”
“engga apa-apa kok,terima kasih ya! Udah nolongin aku. Jawab cewe itu sambil tersenyum.”
“ohya kita belum kenalan, nama aku Redha Akira,panggil aja Kira.Kataku sambil membalas senyuman cewe itu.”
“klo aku sih Aya Laurenshia, panggil aja Aya.
Gimana nih aku ngebalas kebaikkan kamu. Lanjut Aya dengan malu-malu.”
“lupain aja lagi! Aku ikhlas kok nolong kamu. Jawab ku.”
Aku lihat jam tangganku secara pasti menunjukkan jam 7.26 am. Ya ampun udah hampir telat dan aku pun memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ku kesekolah, tapi sebelum aku melanjutkan perjalanan kami sempat tukaran nomor telpon dan kami pun berpisah.
Begitulah pertemuan pertama ku dengan Aya. Diperjalanan aku selalu terbayang Aya, cwe yang aku tolong tadi. Tak terasa sampailah aku di depan pintu masuk sekolah.
“Kira, kok datangnya telat sih, acaranya sudah dimulai tuh, cepat kamu naik ke panggung! kata temanku yang bernama Gandy, yang berdiri di depan pintu masuk sekolah, sambil memperlihatkan sedikit wajah kesalnya padaku. Tampaknya ia telah lama menunggu kedatanganku, karena aku diminta oleh guru dan teman-teman untuk mewakili murid kelas 9 mengucapkan salam perpisahan bagi adik-adik kelasku.
“iya,iya, tunggu sebentar ! sabar dong ! jawabku, sambil menggandeng sepedaku kearah parkiran sekolah”, jalan di parkiran sekolah agak becek, karena tadi malam habis diguyur hujan lebat.
Kemudian aku bergegas lari menuju ke panggung, teman-temanku menyambut kedatanganku dengan senyuman.
Tampaknya mereka juga telah lama menunggu ke hadiranku. Tanpa banyak bicara lagi aku langsung naik kepanggung. Setelah aku mengucapkan salam perpisahan mewakili anak-anak kelas 9, aku langsung menemui teman-teman sekelasku yang sedang asysik berbincang-bincang di tribun. Tampaknya mereka menyembunyikan kesedihan mereka perpisah dengan teman–tamannya. Aku pun begitu, meskipun aku tampak bahagia, sebenarnya aku merasa sedih juga berpisah dengan teman – temanku. Tak terasa hari itu berakhir dengan cepat.
3 bulan telah berlalu sejak pertemuan itu, Sekarng aku udah duduk di SMA. Tak terasa waktu berjalan begitu cepat dan hubungan ku dengan Aya udah semakin dekat. kami sering jalan bareng, sering telpon-telponnan dan hal-hal yang menarik. hari ini adalah hari yang begitu menyenangkan bagi ku, karena untuk pertama kalinya aku diajak kerumahnya, yang ku dengar dari teman-teman ku, bahwa Aya mempunyai seorang kakak yang cantik bernama Eva dan tibalah aku didepan rumahnya.
“ayo masuk,engga usah malu-malu lagi. Kata Aya sambil menarik lengan ku”
“iya.he..he . jawab ku, Menyembunyikan rasa malu
Sebenarnya aku suka banget ama Aya sejak pertemuan itu tapi sampai saat ini aku tak berani untuk mengutarakan perasaanku ini Mungkin akan ku pendam dulu dalam sudut hatiku, menunggu saat yang tepat untuk mengutarakannya .karena aku takut disaat aku mengutarakan perasaan ini, dia akan pergi menjauh dariku. aku hanya tak mau semua hancur karena beberapa kata. Aku lihat Eva yang lagi asik membaca majalah di ruang keluarga dan kami mendekatinya
“ka, kenalin teman ku, Kira. kata Aya”
“teman apa teman, kenalin Eva kakaknya Aya. Lanjut Eva dan menjulurkan tangan kearah ku.”
“Kira. Lanjut ku. Sambil ikut menjulurkan tangan.”
“Silahkan duduk,Kira! Kamu mau minum apa. Kata Aya.”
“Engga usah repot-repot deh. Jawab ku.”
“Tunggu sebentar ya. kata Aya sambil berjalan kearah dapur.”
Kami ditinggal berdua. Eva banyak cerita-cerita ama aku, ternyata Eva orangnya asik juga lo, Eva cerita bahwa perbedaan usia dia dengan Aya cuma 1 tahun, dan banyak lagi yang diceritakannya pada ku. Akhirnya Aya pun datang membawa minuman dan beberapa cemilan kecil.
“maaf ya lama. Kata Aya.”
“engga kok. Jawabku.”
“ silahkan minum. Kata Aya sambil menyajikan minuman.” Terima kasih ya Lanjutku.”
Kalian membicarakan aku kan. Kata Aya dengan tersenyum.
Yee..GR banget sih. Lanjut Eva.
Kami pun tertawa kernanya. Hari itu berakhir dengan banyak tawa.
H ari kelabu itu akhirnya datang merenggut kebahagian kami. Pagi itu sekitar jam 08.00 am, aku mendapat telpon dari Eva, yang memberi tahukan behwa Aya kecelakaan.
Tering…tering..!!!
“ hallo. Kataku.
Hallo,ini aku Eva. ini Kira kan. Kata Eva.
Iya ini aku, ada apa ka. jawabku.
Kira cepat kerumah sakit, Aya kecelakaan. Lanjut Eva.
Hallo..hallo… .kata Eva.
Aku sangat terkejut mendengar kabar itu. Tanpa piker panjang lagi aku segera mengambil sepada dan meyanguh sekuat tenaga ku menuju kerumah sakit. setibanya aku tiba dirumah sakit. ternyata Eva sudah manungguku dengan wajah sedihnya. Dan kami pergi keruangan Aya.
Teryanta Aya sudah menghembuskan napas terakhirnya .
Aku lihat Aya sudah terbujur kaku, Seakan hanya senyuman yang Aya tinggalkan untukku
Sampai saat ini aku tak mengerti arti senyuman terakhir yang diberikannya untukku.
Eva mendekatiku dan memberikan buku harian Aya padaku, katanya ini adalah permintaan terakhir Aya.
Aku baca buku hariaannya, banyak cerita-cerita yang kami alami tertuang dibuku harian itu. 3 kata yang membuatku terkejut dan meneteskan air mata, “Kira aku mencintaimu”. Saat itu muncullah penyesalan dalam diriku, kenapa engga aku utarakan perasaan ini bahwa aku juga mencintainya, namun semua sudah terlambat.
Sekarang hanya penyesalan tersisa terhadap waktu yang tak akan terlulang, aku merenung seakan badan ini terpaku disatu sudut yang beku.
Kini 1 tahun sudah telah berlalu sejak meninggalnya Aya. Aku engga tahan menghadapi tekanan-tekanan semenjak ditinggal olehnya, akhirnya aku pindah sekolah karena saat itu kebetulan ayahku dipindah tugaskan kekantor cabang di Kalimantan selatan.
Disana aku melanjutkan sekolahku. Aku masuk di salah satu sekolah terfavorit dikota itu dengan bantuan pamanku yang seorang kepala sekolah disana. dan hari ini ,hari pertama aku masuk sekolah dan nama sekolah itu SMAN 1 Amuntai.
“Anak-anak kita kedatangan murid baru dari Surabaya. Kira! silahkan mengenalkan diri kamu. Kata wali kelas.”
“Baik bu. perkenalkan namaku Redha Akira, aku pindahan dari SMAN 22 Surabaya. Kata ku dengan tegas.”
“Kamu duduk di bangku paling belakang di samping Ryan. Baiklah kita lanjutkan pelajaran”
Aku berjalan kearah tempat dudukku. Aku lihat seorng cewe yang duduk dibaris no 2 dari depan, aku sangat terkejut melihatnya, cewe itu, seakan-akan aq melihat Aya yang sudah tiada. mungkin karena mereka begitu serupa, walau aku sempat terhenti sejenak terus aku memutuskan melanjutkan perjalanku ,Aku pun duduk disamping Ryan dan berkenalan dengannya.
Akhirnya bel istirahat pun berbunyi, setelah ibu guru keluar dari kelas dengan cepat aku menghampiri cewe yang kulihat tadi. Tampa berpikir panjang aku langsung mengulurkan tangan kearahnya dan cewe itu tersenyum kepadaku. Walau aku masih menyisakan kekaguman kepadanya.
Aya !!! oouups, maaf ya . Kenalin nama aku Kira ..
Rusadina, panggil aja Dina. Kamu ini aneh deh.. he..he..cuma bercanda kok. Jawab cewe itu dengan penuh keramahan.
Begitulah perkenalan pertama ku dengan Dina, seorang cewe yang mirip banget ama Aya dan hari itu berakhir dengan cepat. Aku mudah sekali bergaul dengan teman-teman disana. Engga terasa udah empat minggu aku bersekolah di SMA itu. Sore ini akan diadakan pertandingan Basket dan kebetulan aku salah satu anggota team sekolah.
Aku lihat Dina yang asik menuntun pertandingan ku dari sisi lapangan dan pertandingan itu selesai dengan kemunangan dari team basket sekolah kami. Aku mendekati Dina dan mengajaknya ke taman sekolah karena sore itu aku merencanakan menembak Dina.
“Din, ada yang ingin aku bicarakan. Tapi kamu jangan marah setelah mendengarnya. Kataku sambil memegang tangannya.
“ Iya aku engga bakalan marah kok, emang kamu mau membicarain apa sih??
Gulana Perasaan ku sore itu makin menjadi. Senja di ujung sana memancarkan semburat nuansa jingga. Seakan tahu dasar hati ku yang tengah bergejolak dalam pusaran kebimbangan yang engga bertepi.
“Din, ehm, maukah kauntau suatu hal?”
“apa itu?” kata dina. dengan penuh kebingungan
“aku menyukai mu.kata ku”
Dina terkejut setelah mendengar perkataan ku tadi dan terdiam tuk beberapa saat.
“aku juga engga bisa memboungi diri ku sendiri, bahwa aku juga menyukai mu.
“Jadi kita jadian nih… Kata ku”
Rasa senang dan bahagia meliputi sore itu.
Tersirat di benakku, aku menganggap Dina hanya sebagai pengganti Aya yang sudah tiada, aku engga bisa merasakan kehadiran Dina dalam diriku. Mungkin tertutuip karena besarnya rasa cintaku kepada Aya. Kadang aku memaksa Dina untuk melakukan sesuatu yang di sukai oleh Aya, walau dia tak mengerti apa itu.
Hari itu aku mengajak Dina kerumah,
“ Din…! silah kan duduk, anggap saja rumah sendiri, tunggu sebentar ya, aku mau ngambil minuman dulu. kataku”
“iya, tapi engga usah repot-repo lagi.”
Karena terlalu lama menumggu kedatangan ku Dina berjalan kearah ruangan keluarga dan menemukan Buku harian Aya yang aku letakkan diatas meja dan Dina bertanya siapa Aya,awalnya aku ragu untuk menceritaknnya namun Dina juga berhak untuk tau masalah ini akhirnya aku menceritakn semuanya. Dari inilah Dina tau bahwa ada seorang cewe yang sangat mirip ama dia. Dari saat itu sikap Dina berubah, dia engga mau lagi melakukan hal-hal yang bersangkutan dengan Aya. Mungkin Dina ingin menunjukkan bahwa dia berbeda dengan Aya dan untuk menyakinkan ku akan hadirnya.
Di sekolah tepatnya jam istirahat. Dina mengundang kami semua untuk kepesta ulang tahunnya. Setelah ia selesai membagikan undangan, Dina berjalan ketempat Sry, teman sebangkunya.
“eh. Sry, kamu harus datang di acara ku. wajib hukumnya lo. Soalnya entar nggak ada yang bikin ketawa anak-anak kalo kamu nggak datang. Engga seru gtu.”
“oke. Entar pasti asik deh. Tapi sebenarnya kamu lebih berharap agar aku bisa ngebantu-bantu kamu ngurusin tamu-tamu, kan?” Din, kira gimana tuh.kata Sry yang kemudian disambut dengan derail tawa.
Pukul 8.30 malam, di rumah Dina. Halaman rumah Dina sudah dipadati teman-teman sekelas. Acaranya sangat meriah karena hadirnya band sekolah yang memang senaja di undang ke pesta itu. Saat itu aku teringat Aya. diam-diam aku menyelinap dan keluar dari pesta. Aku punya otoritas di rumah Dina, sehingga aku bisa ke halaman belakang, Aku lihat bintang yang sangat indah di malam itu dan aku berbaring. Berbagai bayangan, angan-angan dan kilas balik berseliweran di benakku.
“Kira aku mencintaimu!” terbayang sebuah adegan yang terjadi satu tahun yang silam. Ketika aku kehilangn cewe yang paling aku cinta.”
Keajaiban selalu didambakan oleh setiap orang. Saat malam merambat jauh, biasanya banyak orang diam-diam membisikkan harapan pada bintang-bintang dilangit. Seakan mengharapkan Tuhan mendengarkan permintaan yang terlontar, lewat bintang yang berkelip di atas sana. Saat itu aku merasakan hadirnya Aya Disisiku dan terdengar bisikan ditelinga ku, aku selalu ada dalam hatimu tapi jangan kau sakiti seseorang yang sekarang mencintaimu dengan tulus. Tersirat lah rasa bersalah ku pada Dina, mungkin perkataan itu memang benar dan kali ini aku akan melangkah untuk Dina.
“Kira! Ternyata kamu disini, aku mencarimu lo . Ayo gabung, acaranya udah mau selesai nih.Kata Dina.”
“Okey. Jawabku”sambil berjalan kearanya.
“Din.kali ini untukmu.” kataku.
Aku ngga tau apakah Dina mengerti atau engga akan perkataan ku itu, tapi yang pasti dia tersenyum setelah mendengarnya.
Aku pegang tangannya dan kami kembali kepesta …
Inilah jalan baru yang kau tunjukkan untuk ku. Terima kasih Aya. Akhirnya aku mengerti senyum terakhir yang kau berikan untukku
I love You Forever
Mungkin tlah kuciptakan dunia kecil untukmu…
Mungkin tlah ku batasi tiap gerakmu
Hingga dirimu bukan dirimu... ....
Ku tak pernah peduli akan hatimu,dan sedihmu…!
Dan apa yg tlah kau beri untukku…
Smua tak dapat ku rasa…!
Saat kau menyakiniku akan hadirmu
Sebagai warna yang mengubah warna
Sebagai hari yang menganti hari
Menyakinkan beda diatas kesamaannya
Menyakini smuanya mungkin saja terganti
Kali ini aku akan melangkah untukmu
Walau masih menyisakan Tanya atas setiap kesalahanku
By Reidha R. Firdaus
Comment Now
0 komentar